Selasa, 03 Februari 2009

Soal Tuan Rumah Piala Dunia, PSSI Siap Beri Keterangan Resmi

Oleh Ahmad Yanuar

Saya sempat terkejut ketika membaca berita yang dituliskan Reuters satu jam sebelum Indonesia bertanding melawan Australia di Gelora Bung Karno di kualifikasi Pra-Piala Asia 2011.

Di artikel tersebut tertulis, Indonesia, seperti diklaim FIFA, telah memasukkan proposal untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 atau 2022 secara resmi. Pesaing Indonesia, tak tanggung-tanggung, ada Qatar, Australia dan Jepang dari Asia, dan Inggris dan duo Spanyol-Portugal dari tanah Eropa. Belum lagi beberapa negara lain yang sudah bersiap masuk dan ambil bagian dalam perebutan 'dua potong kue' dari FIFA itu.

Lalu siapkah Indonesia bersaing dengan raksasa-raksasa yang dalam segi infrastruktur, manajemen dan finansial yang lebih mapan?

Saya pribadi menyebut apa yang dilakukan PSSI dengan mengajukan proposal tuan rumah sebagai aksi yang cukup berani, dan terbilang nekad.

Apa yang jadi pertimbangannya? Yang paling harus dibenahi adalah perihal manajerial. Sekarang apa yang bisa Indonesia banggakan dengan manajerial PSSI, atau mungkin lingkup yang lebih kecil, BLI. Jika untuk mengatur even lokal saja masih amburadul, apa jadinya jika even internasional dihelat dan diawasi oleh ratusan juta pasang mata dan media internasional. Jika dinilai buruk, alangkah tercorengnya nama Indonesia.

Faktor lainnya adalah infrastruktur yang kurang memadai. Sampai sekarang ini, stadion dengan standar internasional yang dimiliki Indonesia bisa dibilang tak banyak. Bandingkan dengan negara lain yang juga mengajukan proposal. Mereka tinggal melakukan pembenahan kecil, Wuzzzzzzz, stadion pun sudah siap menghelat laga sekelas event Piala Dunia.

Dukungan finansial juga pasti memegang peranan penting, baik dari sponsor lokal maupun pemerintah. Untuk yang ini, saya yakin pemerintah Indonesia bersedia mengucurkan dana karena mereka juga bisa ikut 'nimbrung' dalam hal pencitraan di mata dunia, itupun bila itu berakhir sukses.

Jadi pada intinya, ada perjudian di dalamnya. Yang dipertaruhkan adalah kredibilitas pihak penyelenggara dan juga Indonesia sebagai suatu negara.

Itu adalah sisi negatifnya. Dan seperti yang diungkapkan Harvey Dent dalam sekuel Batman, The Dark Knight, 'Hari akan makin gelap dan suram sebelum kembali terang." Ya, selalu ada sisi dan efek positif yang bisa diambil.

Apa itu? Pencitraan Indonesia sebagai sebuah negara yang aman, sehingga membuka peluang investasi bagi negara lain adalah salah satunya. Dengan demikian, hal tersebut bisa membuka peluang kerja yang lebih besar untuk warga negaranya.

Pembenahan infrastruktur stadion pun juga bisa memberi lahan pekerjaan baru bagi masyarakat yang kurang beruntung saat krisis finansial dunia belakangan ini.

Jika benar dihelat di Indonesia, perekonomian negara pastinya ikut terbantu. Penjualan souvenir juga akan memberi pilihan bagi masyarakat untuk menambah penghasilan. dan masih banyak lagi angin segar jika memang proyek PSSI ini bisa goal.

Tapi, ya itu tadi, masih harus banyak pembenahan, dan waktu satu tahun untuk meyakinkan FIFA sebelum mereka membuat keputusan pada Desember 2010. Perhelatan Piala Asia 2007 harusnya menjadi bahan pembelajaran tersendiri. Meski dinilai sukses dalam hal prestasi, namun tidak demikian dengan teknis penyelenggaraan. Banyak sekali catatan yang harus dibenahi.

Jadi bisakah Indonesia? Bagaimana menurut Anda pembaca GOAL.com Indonesia tentang kemungkinan dan kemampuan Indonesia menghelat event sekaliber Piala Dunia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar